Kami ingin melaporkan adanya dugaan pungutan liar (pungli) di SMK N 1 Wonosari, Gunungkidul, yang dilakukan dengan dalih sumbangan sukarela. Meskipun disebut "sumbangan seikhlasnya," faktanya jumlah sumbangan sudah ditentukan oleh pihak komite sekolah, dengan alasan bahwa hal tersebut telah disepakati oleh para orang tua. Praktik ini telah berlangsung setiap tahun ajaran baru.nnNamun, di lapangan, terlihat bahwa orang tua yang kurang mampu sering kali tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat mereka dalam rapat orang tua. Akibatnya, sekolah negeri yang seharusnya menjadi tempat pendidikan yang inklusif dan ramah bagi semua kalangan, justru menjadi beban bagi mereka. Banyak orang tua mengharapkan bahwa dengan menyekolahkan anak mereka di sekolah negeri, mereka akan terbebas dari biaya tambahan. Namun kenyataannya, mereka justru dihadapkan pada sumbangan yang dipaksakan, seolah-olah tidak ada pilihan lain—mau tidak mau harus mau, setuju tidak setuju harus setuju.nnMedia lokal di Gunungkidul telah memberitakan masalah ini, namun praktik tersebut masih terus berlanjut hingga saat ini. Terlampir bukti pembayaran sumbangan sebagai contoh, dengan nama siswa dan kelas yang telah disamarkan untuk menjaga privasi.nnhttps://www.wartadhaksinarga.com/2023/10/kembali-terjadi-pungli-di-sekolah.htmlnnnnn